Friday, May 8, 2015

Koin Untuk Indonesia



Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke adalah gugusan pulau-pulau, rangkaian budaya dan suku bangsa yang begitu memesona. Benar kata pujangga bahwa negara ini adalah patahan surga yang jatuh ke bumi. Salah satu budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita, baik yang pelaut atau pun bukan pelaut adalah gotong royong.

Dalam kehidupan yang semakin serba individualis, gotong royong mulai terkikis. Dahulu kita sering melihat bagaimana warga desa bergotong royong (sambatan kalau dalam Bahasa Jawa) untuk membangun rumah. Tanpa perlu pakai kontraktor atau pun jasa pemborong, rumah-rumah di desa bisa berdiri kokoh dalam kesederhanaan. Atau saat salah satu warga mempunyai hajat, warga-warga di sekelilingnya bergotong royong (rewang kalau dalam Bahasa Jawa) saling bantu membantu baik tenaga maupun harta sehingga hajatan bisa berjalan lancar.

Gotong-royong semakin terlihat kental saat salah warga dirun tedung duka atau musibah. Tanpa diminta dan tanpa aba-aba semua warga bergegas membantu sebisanya, sekuat tenaga dan tanpa pamrih apa-apa. Saat suatu daerah tertimpa musibah bencana alam, maka warga di daerah lain yang lebih aman akan segera mengirimkan bantuan.

Meski sekarang karena alasan-alasan tertentu gotong-royong itu mulai menipis, orang lebih suka memanggil tukang untuk membangun rumah atau memakai jasa katering ketika melaksanakan hajatan, namun sebenarnya gotong-royong tidak serta merta hilang. Gotong-royong telah melakukan metamorfosis. Berubah menyesuaikan dengan zaman.

Anda tentu ingat ketika tsunami menggulung Aceh. Gempa bumi meruntuhkan Jogja, Padang, Nias atau daerah-daerah lainnya yang terkena beragam bencana, gotong-royong itu muncul kembali. Era informasi bisa menyatukan lagi kita dalam semangat kegotongroyongan. Ratusan milyar rupiah dana bantuan terkumpul dan tersalurkan dengan cepat. Sehingga warga yang terkena bencana bisa lebih cepat pulih dan mereka tersadar bahwa mereka tak sendiri. Ada ratusan juta saudaranya yang memperhatikan mereka, karena kita satu nusa satu bangsa.

Era informasi khususnya dengan maraknya sosial media benar-benar bisa jarak, luasnya negara ini bisa pepat dalam layar beberapa inchi saja. Tentu Anda masih ingat ketika Prita Mulyasari dituduh mencemarkan nama baik sebuah Rumah Sakit, hingga dia diadili dan diminta ganti rugi uang yang tidak sedikit. Isu itu begitu cepat direspon oleh sosial media. Berawal dari sebuah tweet akhirnya tercetus Koin Untuk Prita atau kemudian berganti menjadi Koin Untuk Keadilan. Banyak simpati yang terbentuk hingga akhirnya menjadi bola salju yang menggelinding merobohkan congkaknya kapitalis. Singkat cerita berkat gotong-royong masyarakat Indonesia, Prita Mulyasari bisa bebas dan hidup dengan tenang sekarang.

Ketika ada TKW kita yang dihukum pancung di Arab Saudi atau negara lain, masyarakat kita juga aktif bergerak. Dengan alasan kemanusian atau pun harga diri bangsa. Harga diri bangsa kita memang kerap dilecehkan negara lain. Masih segar dalam ingatan kita, saat Perdana Menteri Austarlia Tony Abbot, mengungkit-ungkit tentang bantuan Australia saat terjadi tsunami di Aceh untuk mencampuri hukuman mati bagi warganya yang terbukti menjadi pengedar narkoba. Kata-kata Tony Abbot tersebut begitu melukai kita, hingga akhirnya muncul gerakan Koin Untuk Australia, sebuah aksi satir untuk memprotes pernyataan Tony Abbot.

Memang tak semua bantuan bisa menyelesaikan masalah. Masih ada juga orang yang menyalahgunakan dana bantuan sosial hingga ada yang akhirnya mendekam dalam penjara. Atau ada yang menggunakan dana bantuan itu untuk kepentingan pribadinya sendiri. Anda bisa melihat pada kasus bantuan untuk Darsem yang bisa bebas dari tajamnya kapak pancung karena dana yang dikumpulkan masyarakat ternyata malah berfoya-foya setelah tiba di Indonesia. Namun kasus-kasus itu tidak memadamkan api gotong-royong yang berpijar di hati kita. Berbagai aksi koin untuk bencana atau sosial lainnya seolah tak pernah sepi.

Saat ini negara Indonesia yang kita cintai ini, pun sedang membutuhkan bantuan kita sebagai warga negara yang hidup di atas tanah Indonesia, minum dari air Indonesia dan mengisi paru-paru dengan segarnya oksigen Indonesia. Negara kita memerlukan dana yang tak sedikit untuk membiayai pembangunan. Memeratakan pembangunan di seluruh penjuru Indonesia. Sehingga pembangunan bisa menyentuh yang belum tersentuh, menjangkau yang belum terjangkau. Negara ini sudah terlalu banyak berutang. Hingga kemerdekaan yang sudah 70 tahun kita nikmati ini masih belum sepenuhnya kita rasakan. Kita terjajah secara politik dan ekonomi global.

Mungkin Anda masih terbawa sentimen negatif yang begitu keras sisa Pemilu Presiden tahun lalu. Come on, guys!. Ini bukan masalah siapa yang menjadi presiden. Ini bukan masalah siapa yang menjalankan pemerintahan. Ini masalah negara yang kita cintai ini. Siapa pun presidennya, negara ini harus tetap ada. Berdiri sama tinggi dengan negara lain dan berjalan gagah dalam percaturan dunia internasional.

Kita beruntung tak harus mengangkat senjata, meruncingkan bambu, mengasah golok untuk mengusir penjajah. Tak perlu bermandi peluh atau berlumuran darah untuk menjaga kemerdekaan. Bahkan kita tak perlu bertaruh nyawa untuk memastikan Merah Putih tetap berkibar di tiang tertinggi. Kita hanya perlu berbuat dan memberikan yang terbaik untuk negara ini. Kalau kita menjadi karyawan, jadilah karyawan yang baik. Kalau Anda adalah pengusaha, jadilah pengusaha yang baik. Berikan yang terbaik untuk bangsa ini. Kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari polusi. Masalah bagi bangsa.

Sekarang negara kita perlu dana yang besar untuk membiayai jalannya pemerintah dan meningkatkan taraf kehidupan warga negaranya. Kita tak bisa lagi mengandalkan sumber daya alam kita yang semakin sedikit ini. Kita harus mengurangi utang yang akan membebani anak cucu kita. Kita perlu menggalang dana, boleh kiranya kita namakan #KoinUntukIndonesia.

Ada cara yang praktis untuk menjalankan gerakan #KoinUntukIndonesia ini. Satu-satunya cara yang legal dan konstitusional adalah melalui pajak. Mari kita bayarkan pajak yang menjadi hak negara ini dengan sebaik-baiknya. Sebenar-benarnya. Selengkap-lengkapnya. Yang belum punya Nomor Pokok Wajib Pajak segeralah untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Yang sudah ber-NPWP segera bayar pajak dan laporkan SPT Anda dengan benar, jelas dan lengkap. Yang sudah melaporkan SPT, teliti lagi penghasilan atau transaksi yang telah Anda laporkan dalam SPT. Jika ada yang masih salah, betulkan dan bayar kekurangannya. Yang masih mempunyai utang atau tagihan pajak, segeralah lunasi.

Tahun ini adalah Tahun Pembinaan Wajib Pajak. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penghapusan sanksi administrasi atas keterlambatan pelaporan SPT, Pembetulan SPT dan Keterlambatan Pembayaran Pajak. Dengan kebijakan ini, Anda tidak akan dikenakan sanksi denda atau bunga jika melaporkan SPT Tahun 2014 atau sebelumnya, dan SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014 atau sebelumnya. Bebas sanksi khusus tahun ini saja.

Untuk lebih jelasnya tengoklah video berikut :



Tak hanya itu, tahun ini pemerintah akan membebaskan sanksi administasi bunga penagihan, jika Anda melunasi utang pajak atau tagihan pajak yang masih belum terbayar hingga akhir tahun ini. Ya, sekali lagi hanya tahun ini.

Coba tengok video ini untuk lebih jelasnya.


Saat ini adalah waktunya kita menanyakan pada diri kita, seberapa cintakah kita pada negara ini. Tak perlu lagi menyangsikan nasionalisme kita. Budaya gotong-royong yang menjadi ciri khas bangsa ini tak boleh hilang, meski kemajuan menghalang. Negara telah memanggil, akankah kita terpanggil? 

Ayo bayar pajak Anda. Manfaatkan Tahun Pembinaan Wajib Pajak di tahun 2015, 

#KoinUntukIndonesia karena #PajakUntukIndonesia dan #PajakMilikBersama